Pakar Alpha Founder

Alpha News | Internasional | 9 Mei 2025 – Oil trade warfare, strategi untuk mempertahankan dominasi dan kekuatan di pasar energi global di tengah ketidakpastian geopolitik dan pergeseran energi global. 

Meningkatnya intensitas perang dagang minyak menunjukkan bahwa minyak bumi terus menjadi alat diplomatik dan ekonomi yang kuat. 

Negara-negara seperti Arab Saudi, Rusia, dan Iran semakin agresif dalam memperluas pasar ekspor mereka, sementara Amerika Serikat memperkuat posisinya sebagai produsen minyak shale terbesar. 

Kita menyaksikan bagaimana Arab Saudi bekerja sama dengan Tiongkok dan India secara strategis, sementara Rusia memberikan diskon besar kepada sekutunya untuk mempertahankan volume ekspornya di tengah sanksi Barat. 

Pada awal tahun 2022, harga minyak mentah WTI mencapai $133,460 per barel dan harga minyak mentah Brent mencapai $139,130 per barel. Ini adalah puncak "perang dagang minyak bumi" tertinggi. 

Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina dan dampak geopolitiknya, yang meningkatkan permintaan dan ketidakpastian pasokan. 

Sektor minyak bumi juga terkena dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. China, importir minyak terbesar di dunia, telah mencari sumber minyak mentah alternatif untuk mengurangi ketergantungannya pada Amerika Serikat, termasuk meningkatkan impor dari Rusia dan Kanada. 

Hal ini telah menyebabkan fluktuasi harga minyak mentah global, dengan harga Brent dan WTI menunjukkan pergerakan yang fluktuatif sepanjang tahun 2024 

Indonesia bagaimana? Kenaikan harga minyak bumi dunia mengakibatkan peningkatan biaya produksi, peningkatan subsidi BBM dan LPG, serta potensi inflasi yang lebih tinggi.(AlphaNews).

Comments
* The email will not be published on the website.
I BUILT MY SITE FOR FREE USING